Menguntungkan! Beginilah Cara Memulai Budidaya Ulat Sutera di Pohon Murbei
Memulai budidaya ulat sutera- Masyarakat Indonesia memiliki kebutuhan yang tinggi akan benang sutera. Sayangnya, kebutuhan yang besar terhadap benang sutera ini tidak diimbangi dengan kuantitas produksi benang sutera yang dihasilkan dalam negeri. Dilansir dari media ANTARA, kebutuhan benang sutera di Indonesia setiap tahunnya mencapai 900 ribu ton. Akan tetapi, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementeran Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK), sebesar 95% dari total kebutuhan masih harus mengandalkan impor dari negara-negara lain seperti Tiongkok, India, dan Jepang.
Rendahnya pasokan benang sutera dari dalam negeri tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya bisnis budidaya ulat sutera. Padahal jika ditekuni, bisnis ini mampu memberikan penghasilan yang tidak sedikit. Pasalnya, benang sutera yang diperoleh dari ulat sutera mampu memberikan hasil serat kain terbaik yang mudah menyerap air, tahan panas, nyaman di kulit, serta awet. Oleh karena itu, tidak heran jika kain yang satu ini dijual dengan harga tinggi serta dijuluki sebagai The Queen of Fabrics.
1. Persiapan Modal
Hal pertama yang perlu Anda siapkan untuk memulai budidaya ulat sutera adalah modal. Modal utama yang harus Anda siapkan adalah telur benih ulat sutera. Telur benih ulat sutera sendiri dapat Anda dapatkan dengan mudah dan murah. Pasalnya, satu kotak berisi 25.000 benih ulat sutera dapat Anda dapatkan hanya dengan uang Rp 60.000,00 saja. Selain telur benih ulat sutera, hal lain yang perlu Anda siapkan adalah 7000 batang pohon murbei sebagai pakan dan juga perlengkapan lain seperti kandang. Untuk menyiapkan seluruhnya, Anda hanya membutuhkan modal kurang dari 2 juta rupiah. Dengan modal tersebut, Anda dapat memanen 20 – 40 kg kepompong sutera mentah dalam waktu kurang dari 1 bulan. Dan untuk setiap kilogram kokon, Anda dapat menjualnya dengan kisaran harga 25 ribu rupiah hingga 30 ribu rupiah.
2. Persiapan Kandang Ternak
Luas lahan yang diperlukan untuk budidaya ulat sutera sendiri setidaknya adalah 150 meter persegi dengan rincian 50 meter persegi untuk kandang ulat sutera dan 100 meter persegi untuk menanam pohon murbei. Sedangkan untuk kandangnya, bahan yang direkomendasikan untuk digunakan adalah kayu. Sebaliknya, jangan gunakan bahan metal untuk pembuatan kandang. Sebab, bahan dari metal dapat mempengaruhi tingkat kelembaban kandang. Selain itu, kandang untuk budidaya ulat sutera juga harus memiliki ventilasi yang cukup serta tidak berhadapan langsung dengan arah datangnya sinar matahari.
Sebelum kandang digunakan, 2 atau tiga hari sebelumnya kandang harus disemprot dengan disinfektan terlebih dahulu secara merata. Setelah disemprot bibit ulat sutera sudah dapat ditabur atau dimasukkan ke dalam kandang. Jangan lupa untuk menyiapkan kandang lain untuk memisahkan antara bibit, ulat kecil, dan juga ulat dewasa.
3. Persiapan Bibit atau Telur
Bibit ulat sutera yang masih berupa telur diletakkan pada rak pemeliharaan. Suhu rak pemeliharaan yang dibutuhkan agar bibit ulat sutera dapat menetas dengan baik adalah 25 hingga 28 derajat celcius. Lagi, jauhkan rak pemeliharaan dari paparan sinar matahari secara langsung.
4. Pemeliharaan Ulat Sutera
Pemeliharaan ulat sutera dilakukan dengan memberikan pakan kepada ulat sutera secara rutin. Pakan ulat sutera diberikan tiga kali dalam satu hari yaitu, pagi, siang, dan malam. Setiap jenis ulat memiliki porsi makan yang berbeda. Untuk ulat kecil, pakan yang diperlukan adalah 300 hingga 400 kg daun murbei. Sedangkan untuk ulat dewasa, pakan yang harus diberikan adalah 1000 kg hingga 1300 kg daun murbei.
Pada ulat sutera kecil, kan mengalami siklus pergantian kulit atau instar. Siklus ini biasanya terjadi 2-3 hari. Saat ulat sutera memasuki siklus ini, hentikan memberikan pakan pada ulat sutera. Setelah tiga kali mengalami siklus instar, maka ulat sutera sudah dapat dikategorikan menjadi ulat sutera dewasa. Pada ulat sutera dewasa, pemberian makan biasanya dilakukan dengan lebih sering antara 3 hingga 4 kali dalam sehari.
Baca juga : Cara Budidaya Ulat Sutera Untuk Meraih Keuntungan Selangit
5. Masa Pembentukan Kepompong dan Panen
Masa pembentukan kepompong atau kokon biasanya terjadi pada instar ke lima. Pada siklus ini, kebutuhan makan ulat sutra biasanya cenderung menurun. Selain itu jika diamati, ulat sutera telah mengeluarkan serat-serat kecil dari mulutnya. Masa pembentukan kepompong pada ulat sutera biasanya berlangsung selama 7 hingga 8 hari. Setelah masa tersebut berlalu, maka ulat sutra dewasa akan bermetamorfosisi menjadi pupa atau kepompong. Setelah berubah menjadi pupa, dan bertekstur keras, serta berwarna kecoklatan, ulat sutera sudah dapat dipanen.
Demikianlah penjelasan mengenai cara memulai budidaya ulat sutera yang dapat Anda tekuni sebagai bisnis baru. Akan tetapi, sebelum memulai budidaya ulat sutera, ada baiknya Anda pelajari dengan lebih mendalam terlebih dahulu seluk beluk mengenai budidaya ulat sutera. Informasi-informasi tersebut nantinya akan membantu Anda ketika memulai budidaya. Pasalnya, budidaya ulat sutera terbilang cukup khusus dan memerlukan waktu yang panjang.